Sepeda dan Cinta Pertama
Sepeda. Cinta pertamamu adalah layaknya sepeda. Dan kau
layaknya anak berusia lima tahun.
Kau akan merengek meminta sepeda ketika melihat anak-anak
lain mengendarai sepeda ke sekolah mereka. Mungkin kau akan dibelikan sepeda,
mungkin juga tidak.
Tapi kau pasti akan belajar mengendarainya, walaupun sepeda
itu bukan milikmu.
Kau akan belajar mengendarainya dengan sendirinya. Kau akan
belajar untuk menumpukan bebanmu di roda-roda sepeda. Mungkin kau akan jatuh.
Benar bukan? Ada yang bilang kau harus jatuh sebelum
benar-benar bisa mengendarainya. Kau harus merasakan rasa sakit itu. Rasa sakit
yang membuatmu tak ingin lagi mengendarainya. Mungkin kau akan mengendarainya
lagi, mungkin juga tidak.
Pada akhirnya pada saat itu, kau belajar mengendarainya
lagi. Walau dengan memar di lututmu, kau mengayuh pedal itu dengan kaki-kaki
kecilmu. Semua yang kau lakukan itu hanyalah untuk membuatmu mengerti,
bagaimana melawan rasa takutmu dan mempercayai roda-roda yang berputar untuk
membawamu ke dunia luar, untuk tahu bagaimana cara untuk tidak selalu
bergantung pada telapak kaki kecilmu lagi.
Untuk tahu bagaimana sensasi angin musim dingin yang
menggelitik pipimu saat pertama kali kau bisa mengendarai sepeda.
Cinta pertama harusnya seperti itu. Tak banyak yang bertahan
dengan sepeda itu. Tak banyak yang rela kakinya lelah mengayuh pedal yang sudah
lapuk. Hanya ada beberapa yang mencapai akhir hidupnya dengan sepeda tersebut.
Tak banyak juga yang mengerti alasan kau terus memakai
sepeda itu, walau ada transportasi lain yang menawarkanmu kenyamanan lebih.
-
12 Desember 2013; tulisan karena frustasi besok ulum MTK.
0 komentar: